Iklan 3360 x 280
iklan tautan
Share Inspirasi - Johanna Watkins (29) memiliki alergi terhadap hampir semua hal. Bahkan, ia alergi dengan aroma tubuh seseorang, termasuk suaminya. Akibat kondisinya ini, Johanna harus diisolasi di ruangan khusus selama setahun terakhir.
Saat menikah dengan Scott (28) di tahun 2013, kondisi Johanna baik-baik saja. Tapi setelah itu, alerginya makin buruk. Hingga kini, Johanna harus tinggal di kamar khusus. Di sana, Johanna tinggal di kamar dengan gorden yang terbungkus dan sisi ruangan yang tertutup plastik.
Selain itu, Johanna juga alergi terhadap beberapa jenis makanan, bahan kimia, debu, serta suasana di luar ruangan. "Saya tidak bisa terlalu dekat dengan dia. Saya tidak bisa memeluknya tanpa menyakitinya. Ini amat menyakitkan," ujar Scott kepada People.
Waktu Johanna keluar ruangan isolasinya hanya ketika ia kontrol ke dokter. Jika waktunya tiba, Scott akan mandi menggunakan sabun tanpa wewangian dan menggunakan pakaian tanpa pewangi. Kemudian, dengan memakai masker, ia akan menggendong Johanna ke mobil dan sebisa mungkin, Johanna menghabiskan sedikit waktunya di RS.
Menurut Johanna, ketika ia kontak dengan dunia luar, serangan alergi bisa dia rasakan. Tubuhnya akan terasa lelah mendadak dan tenggorokannya terasa seperti tercekik sampai susah bernapas. Namun, kondisi Johanna bisa pulih setelah ia kembali ke ruang isolasinya.
"Untuk mengisi waktu luang, saya membaca buku, berdoa, menelepon teman dan sanak saudara, mengirim email, dan memikirkan hal apa yang dapat saya lakukan untuk orang lain," kata Johanna.
Saat ini, Scott bisa lebih dekat dengan Johanna tetapi dengan syarat ia tidak menggunakan sesuatu yang memiliki wangi-wangian. Selain itu, Scott juga mesti mengenakan masker. Meski demikian, ia merasa kondisinya lebih baik karena bisa dekat dengan sang istri.
Baca juga: Alergi Langka, Sinar Matahari Bisa Bikin Kulit Bocah Ini Terbakar
Dilansir Fox9, setelah 30 dokter gagal mendiagnosis Johanna, Dr Lawrence Afrin dari University of Minnesota mendiagnosis Johanna dengan Mast Cell Activation Syndrome (MCAS). Dijelaskan Afrin, sel mast ada di seluruh tubuh dan melepaskan bahan kimia yang memberi tahu sistem kekebalan tubuh bagaimana bereaksi.
Tapi karena sel mast Johanna rusak, maka ia melepasakan bahan kimia yang salah ke tempat yang salah, dan pada waktu yang salah. Sayangnya, sampai saat ini belum banyak studi tentang sindrom ini. Pada kasus Johanna, karena sindrom yang dialami langka dan parah, belum ada obat yang bisa meringankan kondisinya. Yang dapat dilakukan adalah menghindarkan Johanna dari alergen.
"Dengan MCAS, tubuh bereaksi terhadap alergen dengan menimbulkan ruam, inflamasi, nyeri tulang, pingsan, dan paling sering adalah anafilaksis. Seperti pada Johanna, ketika dia kontak dengan alergen, tenggorokannya akan mengencang dan susah bernapas. Satu-satunya orang yang tidak menjadi 'alergen' untuk Johanna adalah adik dan kakaknya," tutur Afrin.
Saat ini, Johanna dan Scott tinggal di rumah sahabat mereka, Dan dan Lucy. Dalam waktu dekat, Scott berencana merenovasi rumah peninggalan keluarga supaya ia tak lagi merepotkan sahabatnya. Sebab, selama ini Dan dan Lucy hanya bisa memasak di dapur tetangganya yang berbaik hati. Sementara di rumah Dan dan Lucy, Scott akan memasak kudapan berbahan daging kambing, roti, wortel, dan timun yang tidak membuat Johanna alergi.
Untuk itu, Scott menggalang dana di situs Go Fund Me. Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk bisaya pengobatan dan menciptakan rumah yang aman bagi Johanna, termasuk membeli filter udara dan berbagai peranti rumah tangga lainnya. Sampai saat ini, sudah terkumpul dana Rp 1,51 miliar dari target Rp 1,59 miliar.
Sumber: health.detik.com