Iklan 3360 x 280
iklan tautan
Info Bermanfaat - Saya punya seorang teman baik saat kuliah hingga awal kerja dulu. Cerdas, salah satu peraih penghargaan mahasiswa bergengsi di angkatannya. Olahragawan. Charming. Sanguine, hampir semua orang di sekelilingnya berpikir dia menyenangkan. Singkat cerita, semua tampak baik-baik saja. Hingga satu hari, di hari ulangtahunnya, dia bercerita: bahwa dia gay.
Baca Juga: Ku Rela Melepaskan...! Agar Aku Kuat dan Bersabar Menyambut Sosok Terindah. Lebih Indah Darimu...!
Sambil menangis dia menceritakan bagaimana ini bermula. Saat SMA ia baru ditinggal wafat ayahnya, ia terpukul. Ibunya sibuk bekerja. Sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu d sekolahan hingga hari gelap. Nangkring sendirian. Lalu pulang k rumah, mendengarkan radio anak muda Bandung. Kebetulan — satu malam dia mendengarkan acara semacam *bandung-underground* yg sedang membahas komunitas gay. Iseng dia menyimak. Geli. Lalu mencatat alamat website komunitas ini. Hanya ingin tahu, pikirnya.
Fasilitas internet rumahan, sesuatu yang masih jarang di zamannya, sudah dia miliki. Malam itu juga ia berselancar ke website tersebut. Dasar anak kecil. Dia memperkenalkan diri sebagai anak normal yang berkunjung dan hanya-ingin-tahu. Beberapa orang menyapanya hangat. Menanyakan aktivitas hariannya. Dan dia jawab. Lalu Internet dia matikan. Tidur.
Baca Juga: Ngerii...! Wajah Sang Gadis Digerogoti Bakteri Pemakan Daging Usai Melakukan Hal Ini. Kok Bisa?
Beberapa hari kemudian, saat sedang duduk sendirian (lagi) di sekolahan, tiba-tiba seorang kakak mahasiswa mendekati. Berkenalan. Terus hingga beberapa waktu. Rutin ditemani untuk sekadar bertanya ini itu. Ada ruang kosong yang ditinggalkan ayahnya, kini terisi. Kehadiran seorang kakak. Dia merasa punya semangat hidup lagi. Beberapa kali pula mereka makan bareng d BIP, hingga pada satu hari, sehabis makan bersama ia terbangun d kost an. Tanpa busana. Dan si kakak mahasiswa ada duduk disana.
Dia menangis. Dan si kakak biadab itu menenangkannya. Ternyata si kakak menandainya sejak ia berkunjung ke website komunitas mereka. Apakah saat itu ia marah? Tidak, ia tidak bisa marah katanya, ada ruang kosong yang terisi. Lalu kenapa ia menangis? Karena nuraninya berteriak, ini tidak benar.
Baca Juga: TRAGIS...! Orang-Orang Ini TEWAS Saat Ulang Tahun Akibat Dikerjain Temannya Sendiri
Sekolahnya lulus, masuk tempat kuliah yg sama dengan si kakak biadab. Dan meski ia beberapa kali berniat menjauh, jasadnya berubah orientasi. Dia panas dingin setiap bertemu. Sekadar tatap muka pun menjadi hal yang candu baginya. Baik dengan si kakak, maupun dengan pria lain sejenisnya.
Hari itu dia menutup ceritanya dengan: aku ingin sembuh. Ibunya tidak tahu hal ini. Dan ia tersiksa. Kalau perempuan udah pasti saya peluk. Kasian. Minta diperkenalkan dengan teman wanita untuk menikah. Sesuatu yang saat itu tidak bisa sy penuhi. Yah gimana, saat melihat perempuan, dia akan menatap laki2 disampingnya. Menatap lho. Lalu ia menambahkan juga bahwa ia menyukai tipe-tipe seperti Kakakku yang seringkali berkunjung ke kost an. Pengertian, hangat, katanya. Yaks.
So, untuk kalian yang punya kecenderungan el ge be te, kalian tetap manusia ko. MakhlukNya yang mulia. Mintalah padaNya untuk sembuh. Syahwat yang diperturutkan adalah tarikan jasadiah. Duniawi. Salut utk mereka yang berusaha sembuh. Bebal untuk mereka yang tetap memperturutkannya, itu urusan masing2 diri yang akan dipetanggungjawabkan di HadapanNya. Biadab untuk yang menularkan penyakit masyarakat ini dengan menipu, makar dalam kehidupan orang normal.
Baca Juga: Kisah PILU Bayi 5 Bulan Positif Narkoba...Tragis...!
Maka, ketika legitimasi atas ini diteriakkan, pernikahan sesama gender minta dilembagakan, minta diterima sebagai orang normal, padahal ini menular & manipulatif. Tidak mungkin. IT’S A WAR. Ada masa depan anak cucu kita yang dipertaruhkan dsini. Semoga kita semua menjadi hambaNya yang senantiasa DIA ta’ala Jaga. Amiin.
Ditulis oleh Celine Qoniah, dimuat dengan izin. Silahkan sebarkan untuk kebaikan.
Sumber: sociallywow.com